Writers live twice - Natalie Goldberg

8/16/2018 10:35:00 PM

Kemah di Kampung Pitu, Gunung Kidul

by , in
Saya tuh sebenarnya nggak terlalu suka gunung dan kemah (aku anak pantaaaaiii dan mall hahaha). Tapi karena temen-temen ngajakin ya ayoklah.
Berawal dari broadcast group yang menawarkan open trip ke Kampung Pitu, jadilah kami kesini. Beruntunglah kami karena Mas Yuli dan Mas Weswi sanggup ngemong cewek-cewek yang rapuh ini.
Yang unik dari Kampung Pitu ini adalah hanya 7 kepala keluarga yang tinggal di tempat itu. Sudah turun temurun. Sekalipun ada anggota yang ingin memisahkan diri dari kartu keluarga tidak akan bisa. Jadi sampai saat ini memang hanya ada 7 keluarga di kampung tersebut.







Ini orang yang paling berjasa
Saya nggak bisa cerita banyak karena emang udah lama jadi saya lupa. Nah, ini pentingnya menulis, untuk mengabadikan hal-hal yang tak awet direkam ingatan.

Well, what I can say is although it's not my cup of tea, that would be something worth it to my life. 
8/16/2018 09:27:00 PM

Belajar Membatik di Museum Batik Yogyakarta

by , in

Jadi inget dulu, waktu SMP pernah disetrap Bu Retno di depan kelas gara-gara telat masuk pelajaran batik. Beneran dijejer-jejer gitu sama anak-anak lain dan jadi tontonan anak-anak ‘rajin’. Bu Retno ini termasuk guru yang agak ‘mematikan’ karena tegas (galak?). Tapi beneran Bu, kali ini saya mau minta maaf dan menyesali perbuatan saya karena dulu sering males ikut kelas membatik dan sekarang semacam kena karma karena saya butuh keterampilan membatik demi bertahan hidup :( hiks.

Karena tuntutan profesi (ceilah haha), saya merasa bahwa saya harus bisa membatik lagi. Mulailah saya mencari informasi tempat pelatihan membatik. Saya punya beberapa referensi yang pada akhirnya atas saran Mbak Mega saya memilih pergi ke Museum Batik. Lokasinya ada di Jl. Doktor Sutomo No.13A, Bausasran, Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55211. Bisa dicari via google map dengan kata kunci "Museum Batik Yogyakarta".

Disana, sudah ada resepsionis yang akan melayani dan menjelaskan tentang kelas membatik. Kalau saran saya sih, mendingan ambil yang kelas paket yang Rp 95.000 atau Rp 80.000 sudah termasuk tiket keliling museum yang seharga Rp 20.000. Jauh lebih murah daripada biaya perjam karena kita tidak bisa memprediksi akan selesai berapa lama. Biaya perjamnya Rp 40.000 untuk satu jam pertama, satu jam kedua Rp 30.000, dsb. Paket batik yang Rp 95.000 untuk paket batik warna-warni, sedangkan yang Rp 80.000 untuk 1 warna saja. 

Bu Wakiyem atau Mas Eko atau mas-mas yang lain akan dengan sabar membimbing kita disana. Kita akan mendapat sehelai kain yang sudah bergambar. Dulu waktu di SMP, saya harus menggambar sendiri, mulai dari gambar di buku gambar kemudian digambar ulang di kain. Kainnya yang dipakai harus kain katun, prima atau primisima. Nah, ini ringkasan alat, bahan, dan cara membatik. 

Batik Colet 
Proses mewarnai
Alat:
  • Kertas dan pensil untuk menggambar
  • Kompor kecil
  • Wajan kecil
  • Kain katun (prima/primisima)
  • Canting
  • Panci untuk merebus
  • Kompor besar untuk merebus
  • Palet warna
  • Kuas lukis
  • Kuas ukuran sedang. Fungsinya untuk mengaplikasikan waterglass.
  • Koran bekas. Fungsinya sebagai alas ketika mewarnai. 

Bahan:
  • Malam
  • Pewarna remasol (merah, biru, kuning, ungu). Warna dasar aja, selanjutnya nanti kita bisa berkreasi mencampur warna-warna tersebut.
  • Waterglass. Fungsinya untuk mengunci warna supaya ketika direbus, warnanya tidak luntur.
 Langkah:
  1. Gambar motif pada kain dengan pensil. Sebelumnya bisa gambar dulu di buku gambar, kemudian disalin ulang. Di Museum Batik, kita tidak perlu melakukan hal ini karena kita sudah diberi kain bergambar.
  2. Mulailah proses membatik dengan canting dan malam yang sudah dilelehkan. Ikuti garis pada gambar tadi. Arahkan canting 300 dan pastikan malam tidak dingin ketika berada di canting (hanya sekitar 20 detik di cantingnya lalu ganti dengan malam yang baru).
  3. Pastikan malam juga tembus ke bagian belakang kain. Seandainya tidak tembus, bisa digambar ulang dari sisi kain belakang.
  4. Warnai dengan kuas kecil. Warnanya suka-suka kita tinggal mencampur warna di palet. Jangan lupa alasi dengan koran bekas dan jangan sampai geser.
  5. Angin-anginkan. Jangan jemur pada suhu yang panas karena akan membuat malam leleh.
  6. Aplikasikan waterglass dengan kuas besar. Alasi dengan koran bekas juga.
  7. Angin-anginkan lagi sebentar.
  8. Cuci dengan air.
  9. Didihkan air di panci.
  10. Celup kain di air mendidih. Untuk kain yang besar, bisa ditambahkan tepung kanji supaya malam yang sudah terlepas tidak menempel lagi di kain.
  11. Cuci dan pastikan malam luntur.
  12. Jemur sampai kering.

Nah, itu tadi cara membatik dengan teknik colet. Saya hanya membutuhkan waktu kurleb 2 jam untuk menyelesaikan itu semua dan jalan-jalan ke museum. Cepet, kan?
Kali kedua (lagunya Raisa?) saya pergi ke Museum Batik lagi. Saking gabutnya hahaha. Yang kedua ini saya belajar batik klasik. Batik klasik ini hanya menggunakan 2 warna, biru tua atau hitam dan coklat. Langkahnya lebih banyak tapi menurut saya sih hasilnya lebih elegan. 


Batik Klasik
Setelah diwarna sebelum direbus

  • Alat dan bahan sama tapi pewarnanya hanya biru tua/hitam dan coklat.

Langkah:
  1. Langkah pertama sama dengan batik colet.
  2. Langkah kedua juga sama dengan batik colet.
  3. Warnai biru tua/hitam dengan kuas ke seluruh permukaan kain dengan menggunakan kuas besar. Langsung oles aja, yang penting rata. Jangan lupa alasi dengan koran bekas.
  4. Keringkan bisa pake sinar matahari langsung (asal jangan terlalu panas) atau dengan pengering rambut (hair dryer).
  5. Aplikasikan waterglass. Alasi dengan koran juga.
  6. Keringkan lagi seperti sebelumnya.
  7. Cuci dan rebus untuk menghilangkan warna. Nah, disini hasilnya biru tua dan putih (bekas malam yang mengelupas).
  8. Batik ulang bagian tertentu. Yang saya lakukan adalah dengan menutup bagian motif-motif besar pada kain.
  9. Warnai dengan warna coklat dengan kuas. Koran bekas sebagai alasnya jangan lupa.
  10. Keringkan.
  11. Aplikasikan waterglass. Pakai alas koran bekas lagi, ya.
  12. Keringkan.
  13. Cuci dan rebus sampai malam hilang.
  14. Cuci dan keringkan.


Motif batik klasik itu seperti kawung, parang, tambal, dsb. Tapi saya hanya pakai motif yang sudah ada tapi prosesnya mengikuti proses batik klasik. Setelah belajar membatik (lagi) ini, saya paham kenapa batik tulis itu muahal :/ yang mahal bukan alat dan bahannya, tapi kesabaran dan keterampilannya.

Catatan:
Watergel itu kalau beli bentuknya gel. Jadi, perlu diencerkan dengan menggunakan air panas.
kemiringan canting perlu diperhatikan, 30 derajat ya, dan malam harus diganti dengan setelah 20 detik supaya malam meresap sempurna kedua sisi kain. 
Bahan pengganti, untuk mengunci warna yaitu jeruk asam, untuk pewarna bisa memakai warna alami misalnya kunyit, daun suji, dsb, untuk malamnya sendiri bisa memakai lilin. 
Waktu mewarnai, jangan sampai kain geser karena akan menimbulkan noda yang tidak diinginkan.

Nah, Jogja kan kota batik, nggak ada salahnya kalau ke Jogja sekalian belajar membatik. Seru banget loh, yakin deh. Saking serunya, saya sampai lupa nggak foto per-langkahnya :( Kalau penasaran langsung ke Museum Batik aja ya :).

My Instagram