Writers live twice - Natalie Goldberg

Danau Tiga Warna Kelimutu #FLORESTRIP

Salah satu dari ketiga danau




Masih ingat sama selembar uang lima ribuan zaman dulu yang ada gambar Danau Tiga Warna Kelimutu? Beruntungnya saya karena pernah ada di sana 😀 Rugi dong udah di Flores tapi nggak datang ke Kelimutu. Pada akhir tahun 2011 lalu saya dan teman-teman sepenempatan berlibur ke sana. Danau Kelimutu terletak di Kabupaten Ende sedangkan starting point kami dari Kabupaten Ngada yang memakan sekitar 8 jam perjalanan dengan bus pariwisata. Kata temen saya sih, “Kita naik bus pariwisata kok.” Saya sudah bayangin bus AC yang nyaman. Ternyata… sebelas-dua belas sama bus Jogja-Wates. Ya ampun, untuk medan yang wow dan bakal naik bus yang seperti itu ya sudahlah, banyak-banyak berdoa dan minum antimo tentunya.
Untuk mencapai Kelimutu ini kami seperti melewati jalanan sakaratul maut (ahaha lebay ini mah). Lha gimana enggak, kiri tebing kanan jurang berkelok-kelok sopir ngebut dan kondisi bus yang saya aja nggak yakin. Tapi percayalah, sopir di sana sudah handal dengan jalanan yang seperti itu. Saya sempat ngamuk sama temen saya karena sepanjang perjalanan malah bercanda jorok sedangkan saya takut memikirkan kelangsungan hidup kami kalo di sepanjang jalan yang mengerikan ini terjadi apa-apa. Tapi, alhamdulillah pada senja yang cukup cerah itu itu kami tiba di Moni. Kami menghabiskan semalam di penginapan untuk trekking keesokan harinya. Danau Kelimutu paling bagus dikunjungi pagi-pagi sekali.
Kelimutu 1
Sama temen-temen
Subuh-subuh kami mandi lalu bersiap mendaki. Danau kok didaki? Iyalah, kan danaunya ada di puncak gunung. Karena banyak rumor mistis mengenai Kelimutu ini kami mengadakan doa bersama terlebih dulu. Yeah, it’s hiking time. Pas terang kami mencapai puncak. Ada tiga danau, tapi warnanya nggak kayak yang di gambar di uang 5000an. 2 danau ijo-kehitaman, dan yang satu biru. Memang kata orang sih bisa berganti-ganti warna.
Kelimutu 2Kalo dirasa mistis sih, saya percaya. Konon katanya ada seorang yang bunuh diri nyemplung ke danau dan mayatnya nggak pernah terapung dan ditemukan. Tim SAR pun nggak ada yang berani mencari di danau karena ada energi magnetis dari dinding danau yang membuat objek apapun tertarik dan nggak bisa mencapai permukaan danau. Nah, kamipun penasaran. Kami melempar batu ke danau, tapi anehnya batu itu tiba-tiba hilang. Kami nggak melihat bekas gelombang batu di permukaan danau, yah, mungkin memang ditarik sama dindingnya.
Karena udah mulai panas, kami akhirnya turun bukit dan sarapan di warung pop mie di kaki bukit, ngobrol hangat dengan mama tua yang berjualan kain adat dan makanan di sana.
Kami pun naik bus untuk melanjutkan perjalanan ke 17 Pulau Riung, di Kabupaten Ngada. Dalam perjalanan ke Riung, kami sempat mampir ke tempat pengasingan Bung Karno di Kabupaten Ende.

Nah, lain waktu akan saya coba mengingat-ingat lagi perjalanan yang sudah lama tapi sangat berkesan itu.

Sekian tulisan dari saya yang kangen banget sama tanah Flores dan atakeang-nya.

No comments:

My Instagram