Writers live twice - Natalie Goldberg

[Berbagi Pengalaman] Otitis Eksterna




Tiba-tiba budeg sebelah...

Sumber: Pinterest - ilustrasi doang :)



Kejadian ini sebenarnya sudah berlangsung sekitar 2 bulan yang lalu. Sebuah peristiwa yang cukup membuat panik. Saat saya bangun tidur, tiba-tiba ada yang aneh dengan telinga kiri, budeg sebelah, gaess ~ Rasanya seperti tersumbat dan pendengaran menjadi tak seimbang antara kiri dan kanan. Mirip-mirip kayak pas budeg waktu naik pesawat. Saya panik dong dan takut kalau saya mendadak tuli. Saya coba pakai earphone untuk memastikan apakah saya budeg total atau masih bisa mendengar suara. Alhamdulillah, masih bisa mendengar walaupun suaranya hanya terdengan samar. Rasanya nggak enak banget karena pendengaran jauh berkurang. Pagi itu, saya masih berangkat kerja dengan kondisi budeg sebelah.
Setelah mengingat-ingat, beberapa waktu sebelumnya, saya juga pernah budeg sebelah tapi bisa kembali normal dengan cara menutup hidung dan mulut lalu coba mengembuskan udara keluar. Untuk yang kedua ini, cara itu sama sekali tidak berhasil. Saya coba tanya teman-teman ada yang bilang karena kotoran lah, ada yang ini dan itu lah. Kemudian, saya coba ingat lagi. Saya punya riwayat sakit telinga yang cukup parah waktu SD (20 tahun yg lalu) dan waktu itu saya sempat berobat jalan dan dirujuk ke beberapa rumah sakit di Jogja. Pengobatannya cukup lama sampai akhirnya aku dinyatakan sembuh dan bisa mendengar secara normal. Waktu itu, penyebabnya adalah karena saya sering pakai cotton bud sehingga kotoran kelinga bukannya keluar tapi malah terdesak masuk ke dalam. Fyi, cotton bud memang tidak boleh digunakan untuk mengeluarkan kotoran telinga.

Nah, hari itu, saya cari beberapa referensi dokter THT di Jogja. Pengennya yang saya bisa langsung datang siang itu juga karena sudah nggak betah banget. Tapi dokter spesialis THT baik yang buka praktik sendiri maupun poliklinik di rumah sakit punya jam praktik dan itu sekitar pukul 17.00. Ada beberapa klinik yang saya temukan di Google, termasuk yang dekat kos. Saya pergi ke sana setelah buka puasa, tapi sampai pukul 18.30 dokternya belum ada padahal jam bukanya pukul 17.00. Karena sudah tidak sabar, saya ke RS dan langsung masuk poli karena pasien pertamanya cuma saya.

Waktu diperiksa, dokternya bilang, penyebabnya bukan karena kotoran (walaupun ada tindakan pembersihan juga) tapi karena ada air yang masuk menembus selaput gendang. Air yang ada di luar gendang memang sudah disedot, tapi yang di dalam kan gak bisa. Telinga saya akhirnya disumpel menggunakan semacam kasa untuk menyerap air yang tidak bisa disedot dengan alat. Kasanya harus tetap dipakai sampai 3-5 hari sampai lepas sendiri. Itu gaess, nggak enak banget karena kehilangan keseimbangan seperti waktu kita kehilangan seseorang yang kita sayang *eh. Dokternya juga tanya apakah saya punya riwayat sakit telinga. Semacam beliau sudah tahu. Sedihnya lagi, dokter bilang kalau telinga saya nggak boleh kemasukan air lagi that means I am not allowed to swim for the rest of my life. Ya walaupun nggak bisa renang tapi saya suka berendam di air :( Itu aja sih penanganannya dan saya dapat resep antibiotik aja. Sore itu, saya menghabiskan Rp260.000 untuk biaya konsultasi, penanganan, dan antibiotik. *sedih*

Sebenarnya, seminggu setelah periksa saya harus kembali kontrol. Tapi kan saya ingin cari opini kedua dari dokter lain karena kalau kasusnya saya sampai nggak boleh renang berarti ada 'cacat' yang lumayan parah. Apalagi kan saya suka keramas takutnya keramas juga bahaya. Mengenai sumpelan kasa itu, hari kedua sudah saya lepas paksa soalnya sudah sangat tidak nyaman tapi antibiotiknya tetap saya habiskan. Setelah dilepas, pendengaran saya normal lagi. Alhamdulillah. Saya cari alternatif dokter THT lain dan akhirnya pergi ke RS Nyi Ageng Serang yang dekat rumah dan bisa pakai Kartu Indonesia Sehat walaupun saya harus ke Puskesmas Nanggulan untuk minta surat rujukan. Ada hal yg bikin saya sebaaal waktu diperiksa dokter puskesmas, dia cek telinga saya hanya menggunakan senter HP cobaaa... itu kan sangat nggak profesional dan lagi di surat rujukannya dia menuliskan nama penyakit yang cuma dia deteksi dari lampu senter HP. Emang bisa ya tahu nama penyakit cuma liat dari lampu senter HP yang cuma disenteri beberapa detik?


Hari itu, saya langsung ke RS Nyi Ageng Serang. Setelah mendaftar dan mengantri (antriannya panjang jadi saya tinggal pulang dulu), saya ketemu dokter spesialisnya. Beliau cek semua menggunakan alat khusus dan ada monitor dan pasiennya bisa melihat langsung. Beliau juga bilang bahwa gendang telinga saya dalam keadaan baik dan gak ada larangan sama sekali untuk berenang. Yey! Ayok ke pantai ~ Jadi, yang saya alami itu disebut otitis eksterna atau infeksi saluran telinga luar. Saya dapat obat tetes dan harus kembali kontrol seminggu setelahnya. Obat tetesnya nggak begitu rutin saya pakai, sih. Waktu kontrol seminggu sesudahnya, dokter bilang kalau semuanya sudah baik-baik saja.

Obat tetesnya

Sebelum kejadian itu, saya memang pergi rafting ke Sungai Elo dan sempat nyemplung ke sungai (dan sungainya kotor). Jadi, wajar saja kalau kemasukan air (kotor). Padahal sebelum-sebelumnya, saya sering snorkeling tapi gak kejadian kayak gitu.
Nah, mengenai penggunaan cotton bud, memang tidak boleh ya. Ada banyak artikel yang membahas tentang itu. Kotoran telinga bisa keluar dengan sendirinya jadi gak perlu dipaksa keluar karena bisa saja ujung cotton bud malah mendorong kotoran masuk lebih dalam.
Bonus foto rafting. hehe

Bagi yang mengalami hal serupa, telinga tidak bisa mendengar di salah satu sisi, silakan cek ke dokter. Pertolongan pertama adalah dengan menutup hidung dan mulut lalu tiup. Kalau tidak berhasil ya ke dokter. Menjaga kesehatan telinga penting, kurangi penggunaan earphone/headset dan tidak menggunakan cotton bud.
Tambahan nih, semoga utas ini memberikan pencerahan tentang bagaimana menjaga kesehatan pendengaran klik di sini.

Semoga membantu,

Xx
Hesti ~

No comments:

My Instagram